User Rating: 0 / 5

    Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
    bukit-pandang

    Bukit Pandang merupakan tempat wisata yang belom banyak dikenal oleh para wisatawan. Tempat Ini terletak di Desa Durensawit Kecamatan Kayen Kabupaten Pati Jawa Tengah. 

    Awal mulanya tempat ini hanya tempat biasa, belum sampai satu tahun ini, tempat ini menjadi terkenal dikalangan pecinta tempat wisata di Pati Jawa Tengah. Lokasi air Bukit Pandang ini sangat mudah dijangkau, hanya dengan perjalanan kurang lebih sepuluh menit dari pusat Kecamatan Kayen Pati. Akses jalannya juga sangat mudah dan memadahi.

     mg 9919

    Untuk kendaraan motor dan mobil juga bisa sampai di Bukit Pandang . Hanya dengan merogoh kocek sebesar dua ribu rupiah untuk titipan sepada motor, anda bisa menikmati indahnya pemandangaan View kota Kayen dari atas bukit. Saat ini, pengunjung tidak dikenakan biaya tiket masuk untuk masuk ke bukit pandang. Kalian cukup membayar biaya parkir untuk keamanan kendaraan senilai Rp 2 ribu untuk sepeda motor dan Rp 5 ribu untuk mobil. Dari Alun-alun Kayen, pengunjung mesti menempuh perjalanan sekitar 3,5 kilometer menuju Desa Durensawit.

    Akses jalannya cukup bagus, sehingga tidak menghambat pengunjung yang ingin datang ke sana. Sebagian besar pengunjung yang datang ke sana berasal dari kalangan muda-mudi yang penasaran dengan keindahan bukit pandang.   Selfie menjadi cara berwisata muda-mudi untuk mengabadikan momen terbaik saat berkunjung dengan latar belakang hamparan wilayah Pati yang luas. Nia, salah satu pengunjung menuturkan, bukit pandang punya sensasi wisata baru yang tidak ditemukan di daerah lainnya. Atmosfer udara yang sejuk di perbukitan Pati selatan setinggi 200 meter dinilai menjadi nilai plus berkunjung ke bukit pandang Durensawit.

     mg 9878

      

    Catatan Trip
    Travel Blogs
    bukit-pandan-durensawit-kayen
    Muh zawahir

    User Rating: 0 / 5

    Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
    nias

    Selain terkenal dengan pantainya yang indah, pulau Nias juga memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, maka apabila berkunjung ke Nias pastikan berkunjung ke desa Adat. Pada desa-desa tersebut banyak sekali eksotika yang tak hanya sekedar bercerita tentang tradisi dan budaya Nias pada masa sekarang saja, tetapi juga bangunan-bangunan yang merupakan bukti peninggalan sejarah masyarakat Nias di masa lampau. Sehingga seakan merasakan begitu uniknya kehidupan masyarakat Nias di era klasik dengan berbagai tradisi dan budaya yang diwariskan oleh leluhur.

    Hingga kini banyak wisatawan baik dalam maupun lur negeri yang memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat yang menetap di desa tersebut. Salah satu desa adat yang cukup popular di Pulau Nias adalah Desa Bawomataluo di Kecamatan Fanayama, Nias Selatan. Desa Bawomataluo ini sudah sangat populer di mata dunia internasional sebagai desa wisata di Indonesia yang begitu eksotis dengan pelestarian tradisi dan budayanya, bahkan nama desa ini saja sudah masuk tentative list world heritage oleh UNESCO di tahun 2009. Desa Bawomataluo terletak di Kecamatan Fanayama, Nias Selatan.

    Uniknya, untuk masuk ke dalam Desa adat Bawomataluo ini kita tidak bisa menggunakan kendaraan, kita harus melalui anak tangga yang jumlahnya sekitar 86. Sehingga untuk menuju ke Desa Bawamataluo ini kita diharuskan untuk mendaki anak tangga tersebut, dengan kendaraan diparkirkan di bawah. Setelah mendaki anak tangga, maka kita dapat melihat panorama Desa Bawomataluo yang membentang dengan indahnya di depan mata. Pemukiman tua ini merupakan asset tangible atau budaya fisik dengan sekitar lima ribu warga desa yang hidup didalamnya. Pertama-tama tentunya Anda akan menyaksikan ratusan rumah masyarakat yang berjejer dengan rapi di bagian kiri, diantara jejeran rumah masyarakat tersebut ada sebuah rumah yang bangunannya tampak paling tinggi. Ya, rumah tersebut adalah rumah pemuka adat di Desa Bawomataluo atau masyarakat setempat lebih sering menyebutnya sebagai Omo Sebua. Rumah adat kayu (Omo Sebua) merupakan rumah adat kayu terbesar di dunia yang tingginya mencapai 40 meter. Rumah adat Nias umumnya memiliki struktur bangunan yang solid dan diyakini sebagai wujud dari local genius antara kehidupan manusia dan alam.

    Dengan struktur pondasi yang kuat rumah-rumah adat ini tahan terhadap ancaman gempa dan banyak dikagumi oleh peneliti mancanegara. Selain unsur tangible didalam desa ini juga mempunyai unsur intangible yang masih terjaga yaitu ritual, upacara, kesenian dan sebagainya. Kedua unsur fisik dan budaya ini saling berkaitan, hal ini dapat dilihat di bagian kanan terdapat beberapa bangunan adat yang digunakan pada waktu-waktu tertentu misalnya untuk melakukan kegiatan perkumpulan antar masyarakat ataupun kegiatan diskusi yang berkaitan dengan tradisi Desa Bawomataluo. Ada satu lagi situs yang menarik perhatian yaitu sebongkah bebatuan yang disusun rapi dengan ketinggiannya yang mencapai 2 meter. Ya, bongkahan bebatuan ini adalah media yang digunakan oleh masyarakat Nias di masa dahulu untuk melaksanakan tradisi Fahombo atau lompat batu. Mendengar tradisi ini saya yakin anda langsung membayangkan gambarnya yang dulu pernah ada di uang kertas Indonesia bernilai 1.000 rupiah yang mulai beredar ditahun 1992.  

    Dahulunya, tradisi lompat batu adalah tradisi yang dilaksanakan secara rutin di Desa Bawomataluo sebagai sarana inisiasi bagi pemuda-pemuda yang akan dinobatkan sebagai prajurit yang membela desanya dari serangan musuh. Inisiasi ini juga sebagai penentuan sang pemuda pantas untuk menjadi seseorang yang dianggap dewasa dikalangan masyarakatnya. Namun sayangnya, kini tradisi tersebut tidak dilaksanakan lagi secara kultural, meskipun pada saat-saat tertentu tampak beberapa orang pemuda sedang berlatih untuk mencoba melompati batu tersebut, itu adalah latihan untuk atraksi pariwisata yang dibandrol dengan harga sekitar 150.000 rupiah bagi wisatawan yang ingin menyaksikannya.   Selain lompat batu, desa ini juga memiliki tradisi tari Perang Overall desa ini memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, ada banyak hal yang sangat menarik yang harus dilestarikan.Hal yang terpenting adalah menghargai dan membuat warga desa ini sadar dan turut serta melestarikan budayanya. Peran dari warga desa yang bisa melestarikan budayanya secara konsisten adalah poin penting untuk menjaga desa ini tetap hidup. Poin ini juga yang akan dievaluasi oleh UNESCO tiap tahunnya dimulai dari tahun 2009 agar nantinya desa Bawomatuluwo resmi menobatkan sebagai world heritage, mari kita tetap dukung salah satu asset kekayaan Indonesia ini sebagai warisan budaya dunia!

    Catatan Trip
    Travel Blogs
    exotisnyaa-desa-bawomataluo-kepulauan-nias
    Muh zawahir

    User Rating: 0 / 5

    Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
    wae-rebo

    Desa Wae Rebo di Flores yang terletak pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut ini layaknya sebuah surga yang  berada di atas awan. Perlu perjuangan untuk bisa mencapainya, namun apa yang didapat ketika sampai ke lokasi sebanding dengan perjalanan yang dilalui. Pemandangan alam berupa gunung-gunung berpadu dengan 7 rumah adat berbentuk kerucut akan memberi kesan tersendiri bagi setiap pengunjung ynag pernah datang ke Desa Wae Rebo.

    Desa Wae Rebo berada di barat daya kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Untuk bisa sampai ke lokasi memang tidak mudah karena letaknya yang di atas gunung. Perlu tenaga ekstra untuk melakukan perjalanan kaki selama kurang lebih 3 sampai dengan 4 jam. Tergantung kondisi fisik karena trekking menuju desa Wae Rebo mendaki sejauh 7 km.

    Desa Wae Rebo berada di barat daya kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Desa Wae Rebo saya sebut sebagai desa terindah di Indonesia, dan desa ini sama sekali tidak ada signal hp. Desa Wae Rebo dari sisi pariwisata sangat dikelola dengan baik, karena desa ini didampingi dan diberikan bimbingan tentang Pariwisata oleh Indonesia Ecotourism Network.
    Tujuannya memajukan desa-desa yang tadinya kurang diperhatikan menjadi sebuah desa wisata yang banyak orang ingin kunjungi. Pengunjung yang ingin ke Desa Wae Rebo di Flores harus mulai dari Ruteng. Jika dari Denpasar (Bali), bisa langsung menuju Ruteng lewat jalur udara. Apabila tidak ada penerbangan menuju Ruteng, anda dapat menggunakan bus atau travel dari Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat yang memakan waktu sekitar 6 jam. Setelah tiba di Ruteng, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Denge atau Dintor selama kurang lebih 2 jam yang merupakan desa terakhir yang dapat diakses dengan kendaraan.

    Catatan Trip
    Travel Blogs
    pesona-wae-rebo
    Admin DetikWisata.com

    Page 5 of 5

    PROMO DOMESTIK

    PROMO INTERNATIONAL

    Mau Update Info Trip Terbaru ?

    Bergabunglah dengan Newsletter DetikWisata sekarang, untuk selalu update info menarik seputar trip detikwisata.com.

    () Mandatory fields

    © 2017 DetikWisata.com. All Rights Reserved. Designed By KreasiBagus